☂ Markas Berkongsi Ide


Masing-masing orang memiliki tempat "persembunyian" untuk menangkap ide. Ada yang senang mendekam di dalam toilet hingga jam berputar habis. Ada pula yang lari ke atap rumah dan memandang awan sambil berputar mencari hal yang menarik. Tak ada alasan khusus. Semua murni selera, jadi tak ada yang benar pun salah.

Saya beberapa hari ini mengikuti kicauan seorang penulis muda yang berdomisili dekat dengan saya di Kaliurang. Di Twitter, dia dengan senang hati menuliskan tempat-tempat ia melahirkan karyanya. Anggap saja seperti sebuah rumah sakit bersalin tempat novelnya berpisah dari rahim kepalanya. Meski saya tak menyukai tulisannya, tapi menarik juga memikirkan tempat yang ia sebut. 

Dunkin Donuts Kaliurang, Stabucks Amplas, Warung Pasta Dixie Gejayan, Le Warounk Jogja (yang terakhir ini, mudah-mudahan saya tidak salah eja)

Mencermati daftar markasnya, kesan pertama yang berlari di kepala saya adalah : "duh list ngaco". Kedua: "Pamer". Ketiga: "Pretensi gilaaaaaa, pengen dapet sejuta wow gitu?". Keempat: "Kok saya jadi nyinyir ya". OK, cukup sampai di situ saja. Sebab kalau dilanjutkan pada kesan kelima dan enam, saya akan buru-buru mengasihani diri saya sendiri.

Sebenarnya, menarik mencermati tempat tersebut sebab semuanya tempat yang ramai. Saya selalu tak bisa mengerti, bagaimana orang-orang bisa berkonsentrasi di tempat semacam itu. Mereka yang lalulalang selalu sanggup membuyarkan rencana saya. Mereka yang berbicara selalu mampu menarik saya ke tempat lain. Susah rasanya berkonsentrasi. Tapi dia, si penulis galau itu, hebat sekali. Ia menulis 3 novelnya hampir di semua tempat ramai. Meski karyanya tidak monumental, tapi menulis buku dengan ratusan halaman tentulah prestasi tersendiri.

Bagaimana dengan penulis kawakan lainnya? Baiklah kita mulai dari Dee. Kabarnya, ia pernah menyewa sebuah kamar di Bandung untuk menyelesaikan Perahu Kertas miliknya. Sementara itu, J.K. Rowling tenggelam dalam suasana kafe tua tempat ia menciptakan dunia fantasi milik Harry Potter. Lain lagi dengan Pramodya Ananta Toer, meski ia tidak memilih untuk menulis di Pulau Buru, tapi kita harus jujur, justru karya yang lahir di tempat tak menyenangkan tersebutlah yang kemudian menghentak. Mungkin karena di sana, ia berhasil pulang pada dirinya.


Joseph Campbell, seorang penulis, ahli mitologi dan juga dosen berkebangsaan Amerika. Ia pernah mengemukakan pendapatnya tentang Sacred Space:

“Your sacred space is where you can find yourself over and over again.”
Joseph Campbell


Apa yang dimaksud Campbell adalah sebuah "Tempat Suci". Ia bersikukuh, semua penulis harus memiliki tempat demikian. Tempat dimana kau hanya menemukan dirimu saja. Tempat dimana kau tak dihujani kepala orang lain dalam bentuk cerita pun berita. Kau hanya ditemani dirimu saja. Tidak untuk mengecilkan karya yang lahir di tempat riuh (dan maafkan ketidaktahuan saya), tapi memang banyak tulisan memikat yang lahir dari tempat sunyi dan tidak menyenangkan. Biasanya tulisan tersebut sangat dalam dan intim mempengaruhi pembaca.

Mungkin bagi sebagian orang, apa yang dikatakan Campbell tentang "Sacred Place" cukup berlebihan. Tapi menurut saya, bukan hanya soal menulis saja, dalam hal apapun, seseorang butuh ruang personal yang ia kunjungi saat ia benar-benar merasa kehilangan dirinya. Ada yang menemukannya di bawah pohon di puncak bukit, ada yang mendapatinya di dalam doa, ada yang menjumpainya di bawah kolong ranjang, toilet mall, jendela masjid, dapur dan tempat-tempat remeh lainnya. Sebetulnya kepala kita ini terlalu ramai. Dan butuh tempat yang sunyi untuk mendengarkan ia bercerita. 

Anda tidak setuju? Maaf saya meniadakan sesi interupsi. Saya selalu merdeka dalam apa-apa yang saya tulis. 

Sejujurnya, saya tak punya ruang personal. Tapi gambar di atas itu adalah salah satu tempat yang saya tuduh personal. Saya suka berlama-lama di sana. Meski belum menghasilkan karya apapun. Tapi saya sudah cukup mengenal diri saya sendiri. Itu cukup. Untuk sementara cukup. 


0 Shout:

Posting Komentar

Saya cinta mereka yang diam...tapi kalaupun ingin komentar mohon yang sopan :)